Monday, June 6, 2016

CARA PEMUPUKAN TANAMAN BUAH

CARA PEMUPUKAN TANAMAN BUAH

Pemberian pupuk pada tanaman adalah salah satu kegiatan rutin yang harus dilakukan dalam memelihara/merawat tanaman buah. Namun sangat disayangkan banyak para petani/hobiis yang sering keliru dalam melakukan pemupukan, sehingga hasil yang diharapkan tidak maksimal. Sesubur apapun media tanahnya, bila ditanami terus-menerus tanpa melakukan perawatan pada media tanahnya seperti penambahan pupuk atau bahan-bahan nutri/mineral lainnya, maka secara berangsur angsur ketersediaan unsur hara didalam tanah akan habis terkuras untuk pertumbuhan tanaman. 
Dan sebagai akibatnya, tanaman akan tumbuh tidak normal, menjadi kurus dan produksinya sangat rendah. Oleh karenanya, kegiatan pemupukan menjadi salah satu faktor yang cukup penting dalam membudidayakan tanaman.

Perlukah Uji Analisa Tanah?

Hingga sekarang, belum ada ada rumus/formulasi yang pasti dalam hal pemberian pupuk. Hal ini disebabkan minimnya/jarangnya data-data yang dikumpulkan sebagai bahan referensi untuk membuat rekomendasi atau anjuran pemupukan. Khususnya data tentang status unsur hara di dalam tanah dan respon tanaman pada suatu daerah terhadap pemupukan. Apalagi seperti diketahui respon setiap tanaman berbeda beda sesuai jenis maupun umurnya.

Bila ingin mendapatkan hasil yang lebih baik dari kegiatan pemupukan ini, memang semestinya perlu diadakan uji analisa tanah untuk menentukan jenis, sifat-sifat, dan estimasi tingkat kesuburan tanah. Dan hasilnya dapat dijadikan sebagai pedoman dasar untuk memperkirakan kebutuhan unsur hara pada daerah tersebut. 
Kendala yang ada sekarang, masyarakat petani kita terutama petani skala kecil maupun penghobi tanaman tidak terbiasa melakukan uji analisa tanah sebelum memulai usahanya.

Tentu saja, tanpa uji analisa tanahpun, kegiatan pemupukan ini bisa saja dilakukan. Karena nampaknya kita telah ‘hafal’ jenis pupuk yang umum dan yang perlu digunakan. Umumnya pupuk yang kita berikan terbatas pada pupuk kandang atau kompos untuk memperbaiki struktur tanah, serta pupuk anorganik seperti urea (sumber nitrogen), TSP (sumber fosfor), atau KCI (sumber kalium) untuk pertumbuhan tanaman. Padahal selain unsur-unsur itu, tanaman juga masih membutuhkan unsur-unsur kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan belerang (S), serta unsur-unsur mikro besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), boron (B), dan molibdenum (Mo).

Masing-masing wilayah/daerah memiliki sifat tanah yang berbeda beda, dengan kandungan unsur yang juga berbeda-beda, baik jenis maupun dosisnya. 
Tanpa uji analisa tanah, dosis pupuk yang diberikan pada tanah hanya merupakan ‘dosis rata-rata’. Cara ini sebetulnya juga merugikan, karena bisa saja terjadi ‘konsumsi mewah’ oleh tanaman. Artinya unsur diasimilasi oleh tanaman melebihi jumlah yang dibutuhkan dengan tidak memberi manfaat fisiologis yang lebih baik.

Beri Perhatian Untuk Waktu dan Dosis Pemupukan

Sebagai acuan yang aman untuk memupuk tanaman adalah dengan melihat fungsi masing-masing unsur hara terhadap tanaman. 
Contohnya Nitrogen, berguna untuk merangsang pertumbuhan daun, batang, dan bagian lain dari tanaman. Fosfor diperlukan tanaman untuk merangsang pertumbuhan akar-akar baru, mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah, serta mengokohkan tegaknya batang tanaman. 
Sedangkan Kalium penting untuk bahan penguat, mempertinggi tanaman, menunjang asimilasi tanaman, pembentukan bunga dan buah, serta pembentukan jaringan penguat tangkai daun dan buah.

Dilihat dari fungsi masing-masing unsur tersebut diatas, disarankan untuk memberikan unsur unsur yang dimaksud dengan dosis dan sesuai kondisi pertumbuhan tanaman tersebut.

a. Untuk pertumbuhan batang dan daun, maka berikan unsur hara N yang lebih banyak dibanding unsur hara P dan K  Misalnya dengan perbandingan N : P : K = 3 : 1 : 2. 
b. Untuk pertumbuhan bunga dan buah, sebaiknya berikan unsur hara P dan K diperbanyak. Misalnya N : P : K = 1 : 4 : 3. 

Waktu yang tepat untuk pemupukan  dengan pupuk anorganik adalah pada musim hujan agar lebih terjamin efektivitasnya. Sedangkan pupuk kandang lebih cocok diaplikasikan pada saat musim kemarau untuk memperbaiki struktur tanah agar menjadi lebih ringan.

Kwantitas pupuk yang diberikan tidak bisa ditentukan jumlahnya menurut usia tanaman, tetapi bergantung pada besar diameter tajuk pohonnya. Sedangkan frekuensi pemupukan pun juga sangat tergantung dari jenis pupuk yang diberikan. Apabila sifatnya slow release, maka untuk jangka waktu 3, 6, 9, atau 12 bulan tidak perlu dipupuk lagi.

Untuk tanaman yang masih muda, disarankan pupuk dilarutkan dalam air dengan dosis 2 gram/liter air kemudian disiramkan ke sekeliling lingkungan akar. 
Sedangkan untuk tanaman remaja dan dewasa, pupuk dapat dibenamkan di bawah lingkar tajuk tanaman pada kedalaman 10 cm di bawah permukaan tanah. 
Caranya, buatkan parit kecil selebar cangkul dan sedalam 10 cm di bawah lingkar luar tajuk. Parit bisa berbentuk lingkaran sempurna, lingkaran putus-putus, atau lubang-lubang di tempat tertentu saja. Setelah itu pupuk ditaburkan dalam lubang sampai merata namun tidak sampai menumpuk, lalu ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan pada tempat-tempat tertentu di bagian bawah tajuk biasanya dilakukan jika pertumbuhan tanaman tampak tidak seimbang. Perlu diingat bahwa pemberian pupuk jangan sampai menyentuh bagian batang utama, sebab akan menyebabkan tanaman terbakar dan mati.

Cara Pengaplikasian Pupuk Daun

Selain dengan pupuk-pupuk di atas, bisa juga ditambahkan pupuk daun untuk meningkatkan kesuburan tanaman dan merangsang pembungaan. Namun hal itu tidak akan berarti banyak, bahkan dapat merugikan jika pemakaiannya salah atau fisiologis tanaman yang akan diperlakukan tidak diketahui. Tanaman tidak tumbuh subur, melainkan menjadi layu, bunganya rontok, atau malah mati. Tanaman yang sedang berbunga contohnya, justru akan rontok bunganya bilamana disemprot pupuk daun.
Di samping itu pupuk daun relatif mahal, karena formulasinya dibuat khusus agar dapat diserap oleh jaringan daun yang halus dan tidak membakarnya. Beberapa jenis juga dilengkapi zat perekat agar tidak mudah luntur tersiram hujan.

Sebelum diaplikasikan, pupuk daun harus dilarutkan dalam air sesuai petunjuk yang tertulis pada labelnya agar tidak merugikan. Kita pun harus mengetahui betul jumlah larutan yang diperlukan bagi tiap jenis tanaman agar dosis per tanamannya tidak berlebihan atupun kekurangan.

Jangan lakukan penyemprotan pada kondisi seperti dibawah ini:
a. Malam hari,
b. Pada waktu panas terik
c. Sesaat menjelang hujan atau mendung.
Waktu yang tepat untuk penyemprotan adalah pada pagi hari sampai pukul 9.00, atau sore hari setelah pukul 16.00 sampai hari gelap. Penyemprotan sebaiknya menggunakan nosel (nozzle) yang cukup halus, namun tidak halus sekali agar tidak keluar sebagai mist (kabut). Letak sprayer nosel jangan terlalu dekat dengan tanaman agar pendistribusian pupuk bisa merata. Penyemprotan tidak boleh dilakukan berulang-ulang di tempat yang sama, melainkan dihentikan saja setelah daun tanaman tampak basah. Sisa semprotan sprayer disiramkan saja ke tanah dekat tanaman, jangan disemprotkan lagi ke daun tanaman yang telah disemprot. Dengan cara itu tanaman bisa tumbuh dengan baik seperti yang diinginkan.



No comments:

Post a Comment